Pencarian

Sabtu, November 29, 2008

ETIKA (FILSAFAT MORAL)

ETIKA

(FILSAFAT MORAL)

A. PENGERTIAN ETIKA, MORAL, DAN NORMA

Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya.

Ruang lingkup etika meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dan caranya serta menghindari keburukan. Etika deskriptif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Etika normatif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip-umum, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya.

Etika sosial membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan oran lain. (Sunoto, 1982, hlm. 5—6)

Moral berarti adat atau cara hidup. Moral dan/atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Sumber langsung ajaran moral adalah pelbagai orang dalam dan kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama dan tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Pakubuwono IV. Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada ditingkat yang sama.

Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-pandangan moral secara iritis. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. (Franz Magnis Suseno, 1987, hlm. 18)

Objek etika menurut Franz Magnis Suseno (1987) adalah pernyataan moral. Pernyataan tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud, dan watak.


Norma

Pada perkembangannya norma berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, kaidah bagi pertimbangan dan penilaian.

Segala hal yang dinilai baik, cantik atau berguna akan diusahakan supaya diwujudkan kembali di dalam perbuatan kita. Sebagai hasil usaha itu timbullah ukuran perbuatan atau norma tindakan. Ada norma khusus, yaitu norma yang hanya berlaku dalam bidang dan situasi yang khusus, misalnya bola tidak boleh disentuh oleh tangan, hanya berlaku kalau dan sewaktu kita main sepak bola dan kita bukan kiper.

1. Norma Sopan Santun

Norma ini menyangkut sikap lahiriah manusia. Orang yang melanggar norma kesopanan karma tidak mengetahui tata krama di daerah itu, atau dituntut oleh situasi, tidak dikatakan melanggar norma moral.

2. Norma Hukum

Norma hukum adalah norma yang dituatut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap,.perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma yang tidak dibiarkan dilanggar, melanggar norma hukum pasti dikenai sanksi.

3. Norma Moral

Norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Manusia tidak dilihat dari salah satu segi melainkan sebagai manusia.. Thomas Aquinas berpendapat bahwa suatu hukum yang bertentangan dengan hukum moral (hukum kodrat dalam istilah Thomas Aquinas) kehilangan kekuatannya. kesimpulannya bahwa terhadap norma-norma moral muncul sebagai kekuatan yang amat besar dalam hidup manusia.

Etika dan Etiket

Persamaan antara etika dan etiket adalah pertama, etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah-istilah ini hanya dipakai mengenai manusia. artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. (Bertens, 1993, h1m. 9)

B. KESADARAN MORAL

Etika harus bertolak dari fenomena kesadaran moral. Jadi, fenomena kesadaran moral adalah apa yang muncul dalam kesadaran moral

Kesadaran yang menyatakan wajib itulah disebut kesadaran moral.

Unsur-unsur pokok dalam kesadaran moral memperlihatkan suatu struktur:

1. kewajiban yang membebaninya bersifat mutlak.

2. karena melaksanakan.kewajiban itu merupakan-kewajiban setiap orang;

3. Dengan mengambil keputusan untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan kewajiban itu.

4. kewajiban itu masuk akal dan pantas.disetujui

5. sekaligus menentukan nilainya sendiri.

Dari struktur itu menunjukkan ada tiga unsur dalam kesadaran moral menurut Franz Magnin Suseno, yaitu sebagai berikut.

1. Mengungkapkan Kesadaran bahwa Kewajiban Moral itu Bersifat Mutlak

Perasaan wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada, dan terjadi dalam setiap hati sanubari manusia, siapapun, di manapun dan kapan pun. Kewajiban tersebut tidak dapat ditawar-tawar, karena dalam pelaksanaannya jika tidak mematuhi berarti suatu pelanggaran moral.

2. Mengungkapkan Rasionalitas Kesadaran Moral

Kesadaran moral dapat dikatakan rasional, karena berlaku umum, lagi pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dtempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi sejenis.

3. Mengungkapkan Segi Tanggung Jawab Subjektif

Adapun Poedjawijatno berpendapat bahwa kata hati (istilah lain dari kesadaran moral) bertindak sebagai berikut.

a. Index atau petunjuk. Memberi petunjuk tentang baik buruknya sesuatu tindakan yang mungkin akan dilakukan seseorang.

b. Iudex atau hakim. Sesudah tindakan dilakukan, kata hati menentukan baik buruknya tindakan.

c. Vindex atau penghukum. Jika ternyata itu buruk, maka dikatakan dengan tegas dan berulangkali bahwa buruklah itu.

Notonagoro berpendapat unsur dari kesadaran moral itu.adalah sebagai berikut.

a. Sebelum. Sebelum melakukan tindakan, kata hati sudah memutuskan satu di antara 4 (empat) hal,

b. Sesudah melakukan tindakan, bila bermoral diberi penghargaan bila tidak bermoral dicela, atau. dihukum. (Achmad Charris Zubair, 1987, hlm. 55)

Kewajiban moral adalah kewajiban yang mengikat batin seseorang lepas dari pendapat, masyarakat teman maupun atasan.

Tokoh yang memperhatikan adanya sifat mutlak dari kewajiban moral ada­lah Immanuel Kant. Immanuel Kant membedakan dua kewajiban moral, yaitu

1. Imperatif hipotetis (perintah bersyarat)

2. Imperatif kategoris (perintah tanpa syarat/mutlak)

Jadi, yang membedakan norma moral dengan norma lainnya karena adanya kesadaran akan kewajiban mutlak untuk melakukaimya.

C. TEORI NORMATIF POKOK

Teori deontologis (dari kata Yunani, deon artinya yang diharuskan, yang wajib) menyatakan bahwa betul salahnya suatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat tindakan itu melainkan ada cara bertindak yang begitu saja terlarang, atau ada juga yang wajib.

Teori deontologis, kelemahannya justru pada sifat mengharuskannya tidak dapat ditawar-tawar. Tentu saja kaidah seperti itu hanya akan menghilangkan keluwasan dalam menghadapi perubahan situasi, atau perkembangan waktu.

Sebaliknya teori teleologis (darikataYunani telos artinya tujuan) mengatakan bahwa betul tindaknya justru tergantung dari akibatnya baik, boleh dilakukan bahkan barangkali bisa wajib, kalau akibatnya buruk, tidak boleh.

Tampak bahwa teori teleologis membutuhkan teori nilai, yaitu suatu teori tentang apa yang baik dan apa yang buruk bagi manusia. Adapun teori dentologois tidak membutuhkan karena mengukur tindakan itu pada akibat baik atau buruknya.

Kelemahan teori teleogis adalah :

1. Menghilangkan dasar yang membawa kepastian. Setiap alternatif baru yang menguntungkan (akibatnya) dapat diakui sebagai normanya;

2. Tidak mempunyai ketegasan;

3. Mudah terjebak pada kaidah untuk menghalalkan segala cara.

Dalam sejarah filsafat pada dasarnya dikemukakan dua pendapat tentang apa yang baik pada dirinya sendiri, yaitu yang pertama bahwa itulah, rasa nikmat.

hedonisme (dari kata Yunani hedone, artinya nikmat). Yang kedua mengatakan bahwa ada berbagai hal yang baik bagi manusia yaitu apa yang membuatnya bahagia, eudemonisme (dari kata Yunani eudaimonia yang berarti kebahagiaan).

Hedonisme egois beranggapan bahwa hanya ada satu hat yang pada dirinya sendiri baik bagi manusia, yaitu rasa nikmat. Kaidah dasar hedonisme egois berbunyi: "Bertindaklah sedemekian rupa sehingga engkau mencapai nikmat yang paling besar; atau sehingga engkau mencapai menghindari segala rasa sakit sedapat-dapatnya'. Pandangan ini dalam filsafat Yunani dikemukakan oleh Aristipp dan oleh Mazhab Epikuros (341 270 SM).

Aristoteles mengutarakan pendapatnya yang terkenal dengan tiga bentuk hidup, sebagai berikut :

1. Hidup mencari nikmat

Hidup ini justru tidak akan membawa manusia kepada kebahagiaan, karena nikmat itu kesenangan manusia sejauh ia sama sifatnya dengan binatang. Nikmat itu menurut Aristoteles tidak jelek, tetapi jangan dijadikan tujuan kegiatan manusia.

2. Hidup berpolitik

Manusia itu makhluk yang bermasyarakat (zoon politikon) dan itu yang membedakan baik dari yang Ilahi maupun dari binatang. Maka kegiatan politik itu kegiatan yang paling sesuai dengan manusia, oleh karena itu di dalamnya orang akan merasa bahagia.

3. Hidup berfilsafat

Hidup berfilsafat adalah kegiatan manusia yang paling luhur, karena berfilsafat itu kegiatan akal budi manusia yang disebut logos atau nus yang bersifat ilahi.

D. NORMA MORAL DASAR

1. Pertanyaan Dasar

Ada 3 (tiga) pertanyaan dasar etika, yaitu sebagai berikut.

  1. Apakah yang benar.
  2. Apakah yang baik
  3. Apakah yang adil

Apabila diperhatikan keseluruhan teori etika, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia menjadi
manusia yang etis.

Manusia disebut etis ialah manusia yang secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan socialnya, antara rohani dengan jasmaniahnya dan antara sebagai mahluk berdiri sendiri dengan khaliknya.

2. Dua Kaidah Dasar Moral

  1. Kaidah Sikap baik

Dengan kaidah maksimalisasi-akibat-baik dimaksudkan prinsip bahwa kita wajib bertindak sedemikian rupa sehingga ada kelebihan maksimal dari akibat baik disbandingkan dengan akibat buruk. Berdasarkan kaidah ini kita wajib untuk mengusahakan kelebihan dari akibat-akibat yang baik.

  1. Kaidah keadilan

Keadilan disini adalah keadilan dalam membagikan yang baik dan yang buruk. Kaidah ini mengandung kewajiban untuk memberperlakuan yang sama kepada semua orang dalam pembagian dari yang baik dan yang buruk dalam pemberian bantuan dan tugas-tugas, dan fungsi-fungsi social

E. KODE ETIK PROFESI

Kode etik adalah daftar kewajiban yang harus diamati dan dibuat oleh profesi tertentu itu serta mengikat semua Anggotanya.

profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan karena latar belakang pendidikan yang sama dan memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.

Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan, sebab dihasilkan bprkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tetapi sebaliknya selalu didampingi oleh refleksi etis.

Kode etik tidak akan efektif, kalau didrop begitu saja dari atas, yakni dari instansi pemerintah atau instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Supaya bisa berfungsi dengan baik, kode etik harus menjadi hasil self regulation (pengaturan diri) dari profesi.

Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasil dengan baik, yakni pelaksanaannya diawasi terus menerus.



DAFTAR PUSTAKA

Drs. Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Bumi Aksara. Jakarta

Senin, Juni 16, 2008

ANAFILAKSIS


APA YANG DI MAKSUD DENGAN ANAFILAKSIS ?

Anafilksis adalah reaksi alergi serius yang mengenai banyak bagian tubuh sekaligus dan secara potensial bisa menyebabkan kematian. Reaksi ini dapat terjadi dalam waktu beberapa menit atau berapa jam setelah memicu tertentu, seperti makanan tertentu, sengatan serangga atau obat. Reaksi bahkan dapat di sebabkan oleh lakteks atau olahraga yang banyak mengeluarkan tenaga.

Tanda – tanda peringatan.

Ketahuilah orang tua dapat bisa menimbulkan ketakutan bils mengetahui bahwa anafilaksis berbentuk bermacam – macam gejala reaksinya dapat sama dengan masing – masing episode tetapi dapat berbeda – beda dari satu orang dengan orang lainya dan dari satu episode ke episode selanjutnya. Dalam sebagian besar kasus, gejal – gejala yang di alami oleh seorang anak dapat meliputi berbagi macam bagian pada tubuh, seperti kulit, perut,saluran pernafasan, jantung, dan pebuluh darah. Reaksi dapat berakibat fatal jika tidak segera di atasi.

Anak anda mungkin mengalami gejala – gejala ini selama reaksi anafilaksis :

  • penyakit galegata. Gejala – gejala tersebut bisa berupa penyakit galegata yang menyebar dengan cepat di sekujur tubuh.
  • pembengkakan pada wajah, bibir, lidah atau mata, tangan kaki, atau alat kelamin.
  • bentuk yang membandel, sulit bernafas, bunyi bercuit – xcuit saat saat bernafas, dada sesak..
  • tenggorakan kaku, sulit menelan atau berbicara.
  • detak jantung cepat atau tidak teratur
  • mata merah dan berair
  • hidung meler dan bersin – bersin
  • gatal – gatal
  • warna merah atau beruam – ruam pada bagian - bagian tubuh yang berbeda.
  • perut cukup nyeri, mual, muntah, diare.
  • perasaan takut atau firasat, akan datangnya malapetaka
  • merasa lemah, pusing atau pingsan
  • jatuh, tak berdaya, kehilangan kesadaran.

BERTINDAK CEPAT JANGAN DI TUNDA – TUNDA

Apapun reaksi awalnya, pengasuh anak harus memberikan pertolongan awal pada reaksi dan tidak menunggu waktu untuk mengetahui apakah reaksinya semakin memburuk, karena rekasi dapat menjadi lebih serius hitungan detik hingga dua jam.

Mungkin bisa terjadi penundaan respon atau reaksi kedua hingga 24 jam kemudian, pertolongan melibatkan pemberian obat penyelamat yangn disebut epinephrine (adrenaline) pada permulaan reaksi, kemudian segera melarikan anak ke bagian gawat daruratrumah sakit terdekat.

Yang dapat mengancam pemicu kematian

Alergen – alergen yang paling umum dapt menyebabkan reaksi anafilaktit yang berpotensi menyebabkan kematian anatara lain :

  • Kacanga tanah
  • kacangan – kacangan pohon
  • kerang – kerangan
  • olahraga
  • sengatan serangga
  • antibiotik – antibiotik tertentu
  • karet lakteks

APA YANG TERJADI SELAMA ANAFILAKSIS

Selasma efisode anafilaksis, pemicu khusus menyerang sel – sel tertentu dalam darah, utamanya sel – sel inti. Dalam kasus di mana pemicu adalah zat penyebab alergi (alergen), pemicu tersebutterikat5 dengan struktur – struktur pertahanan pada permukaan sel yang dikenal sebagai antibodi IgE. Akibatnya adalah pelepasan kimia – kimia tertentu, yang salah satunya adalah histamin, yang menghasilkan gejala – gejala anafilaksis yang berbeda – beda pada anak anda.

Siapa Yang Mungkin Berisiko

  1. anak – anak penderita asma. Salah satuya teori mengatakan bahwa paru – paru mereka mengandung semakin banyak sel – sel inti, yakni, sel – sel itu sendiri yang juga terlibat serangan anafilaksis. Anak – anak ini mungkin memiliki resiko yang bahkan lebih besar jika asma mereka tidak di kendaliikan dengan baik.
  2. anakan – anak yang pernah mengalami serangann anakfilaksi yang serius sebelumnya. Mereka mungkin lebih cenderung terkena karena sel – sel inti mereka lebih sensitif.
  3. anak – anak yang mengalami reaksi terhadap kacang tanah, kacang – kacangan, kerang – kerangan. Reaksi terhadap makanan – makanan ini cenderung lebih serius.
  4. anak – anak yang menggunakan obat beta – bloker ( obat yang di gunakan untuk mengatasi konsisi – kondisi tertentu, semacam ini seperti gangguan jantung, berdebar – debar ), dapat menghalangi efek epinephrine, obat yang di gunakan untuk mengatasi reaksi – reaksi anafilaksis.

Penyebab umum.

  1. makanan – makanan tertentu makanan merupakan penyebab paling umum, khususnya kacang tanah, kacangan – kacangan pohon dan kerang – kerangan. Makan – makanan umum seperti lainya yaitu : susu, telur, gandum, kedelai, ikan dan biji wijwn, hampir setiap makanan dapat menyebabkan reaksi alergi dan bisa mengancam nyawa.
  2. sengatan serangga. Sebagian besar sengatan serangga berasal dari serangga – serangga yang termasuk dalam kelompok hymnoptera. Mereka meliputi yellow jaket, yellow hornet ( lalat kerbau bewarna kuning), hornet bermuka putih, tawon dan lebah madu.serangga – serangga penggit tdak menyebabkan gangguan yang sama seriusnya.
  3. obat – obatan. Meskipun beberapa obat dapat menyebabkan anafilaksis, biang kerok yang paling besar adalah antibiotik, seperti pisilin, khususnya karena obat obat ini pada umumnya di gunakan untuk menyembuhkan infeksi bakteri pada anak – anak. Obat – obat lain dapat menyebabkan anafilaksis adalah NSAIDS, anti sawan, sekaligus obat bius.

4. karet lateks. Ini merupakan penyebab yang relatif baru sejak sarung tangan

karet lateks dalam berbagai profesi medis dan dental di gunakan sekitar 15 tahun yang lalu. Bersentuhan dengan bagian – bagian tubuh yang lembab, seperti ketika melakukan operasi bedah atau gigi, dapoat menyebabkan resiko paling besar, meskipun menghirup partikel – partikelnya atau terpapar denganya juga dapat menyebabkabkan reaksi.

  1. olahraga. Olahraga yang berat berkaitan dengan beberapa episode anafilaksis. Mekanisme bagi anafilaksis yang di sebabkan oleh olahraga belum di mengerti dengan baik, tetapi seorang anak dapat terkena anafilaqksis yang di sebabkab oleh olahraga jika ia berolahraga dalam waktu dua hingga empat jam setelah makan – makanan tertentu yang tidak normalnya menyebabkan gangguan.

Senin, Juni 02, 2008

Pendidikan

Dr. Nur Hadi,Dkk.

PEMBARUAN PENDIDIKAN

Sebuah Tuntutan



A. Mengapa Perlu Pembaruan

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan, oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif dan terhadap perubahan zaman.

Memasuki abad ke- 21 ini, keadaan sumber daya manusia kita sangat tidak kompetitif, menurut catatan Human Development Report tahun 3003 versi UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 112. Indonesia jauh berada dibawah Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunai (31), Korsel (30), Singapira (28). Interbational Education Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada diurutan 38 dari 39 Negara yang disurvei. Sementara itu, Third Matemathics and science study (TIM 55), lembaga yang mengukur hasil pendidikan didunia, melaporkan bahwa kemampuan mamtematika siswa SMP kita berada diurutan ke- 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan LPA siswa SMP kita berada diurutan ke- 32 dari 38 negara. Jadi keadaan pendidikan kita memang memprihatinkan. Untuk itu, pembaruan pendidikan harus terus dilakukan.

Dalam konteks pembarua pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus konfrehensif dan renponsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keragaman keperluan dan kemajuan tegnologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokud pembaruan pendidikan Indonesia.

B. Pembaruan Dalam Bidang Kurikulum

Berbagai usaha telah dilakuakan DEPDIKNAS untuk mempernaiki mutu pendidikan Nasional. Salah satunya adalah berbasis kompetensi (KBK), sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yang cenderung content-based. Penyempurnaan kurikulum memang harus dilakuakan untuk merespons tutuntan terhadap kehidupan kehidupan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah. Diera yang aka datang, fungsi pendidikan diperluan mencakup hak asasi manusia yang mendasar, modal ekonomi, sosial dan politik; alat pemberdayaan kelompok yang kurang beruntung , landasa budaya damai dan sebagai jalan utama menuju masyarakat belajar sepanjang hayat.

Atas dasar pemikiran diatas, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi, agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu Nasional dan internasional. Sistem pendidikan nasional harus dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, tegnologi, dan seni serta program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.

Dilihat dari tujuannya, kurikulum berbasis kompetensi ini ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa. Dengan KBK akan dibawa memasuki kawasan pengetahuan maupun penerapan pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran. Selama ini hasil pendidikan hanya nampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta. Walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkatan hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya.

Tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam subtansi materinya.

C. Megapa Pembelajaran Kontekstual

Pola pikir sentralistik, dan uniformistk mewarnai pengemasan dunia pendidikan kita keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarky-birokrasi. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih berma’na jika anak “mengalami” sendiri apa yang dialaminya, bukan “mengetahui” -nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan kontekstual (contextual teaching abd learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu.

Alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangka sekarang ini:

a. penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.

b. penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.

c. penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.

d. penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial politik dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

e. Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.

D. Apakah Pemdekatan Konstektual Itu

Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Kontekstual hanyalah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif danbermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.


HAKIKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Latar Belakang

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey. Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yangmereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.

Selain teori progresivisme John Dewey, teori kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.

Melalui landasan konstruktivisme “CTL”dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi “CTL” siswa diharapkan belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan berdifat non-obyektif, temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.

Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informas baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama danmemperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi –teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena itulah strategi ini disebut pengajaran yang terpusat pada siswa (student-centered intruction).

Dalam pandangan konstruktivistik, kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran ini menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktifitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham ini menolak pandangan behavioristik.

B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang dinegara-negara maju dengan berbagai nama. Di Negeri belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Matematics Education (RME), yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contekstual Teaching an Learning (CTL) yang intinya membantu guru ubtuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang Bonnected Matematics Project (MP) yang bertujuan mengintregasikan ide matematika kedalam konteks kehidupan nyata denga harapan siswa dapat memahami apa yang dupelajarinya dengan baik dan mudah.

Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

C. Kunci dasar pembelajaran kontekstual

The Northwest Regional Educarion Laboratory USA mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1. Pembelajaran berma’na; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.

2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan da fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan dating.

3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standart; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan Iptek serta dunia kerja.

5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, ddan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik

6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasilbelajar sesungguhnya.



TREN PAMIKIRAN TENTANG BELAJAR DAN PERAN PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL

A. Fokus Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan factor kebutuhan individual siswa dan peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal berikut:

1. Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yangn menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tenrang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran

2. Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna

3. Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metidologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna

4. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalama materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

5. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mrnggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbsis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.

6. Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-layanan tersebut.

7. Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.

B. Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual

Center Of Occupational Reseach And Development (CORD) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat react, yaitu:

1. Relating : Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

2. Experiencing : Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).

3. Applying : Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya.

4. Cooperating : Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya.

5. Transferring : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi atau konteks baru.


STRATEGI PENGAJARAN YANG BERASOSIASI DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Pengajaran Berbasis Masalah.

1. ciri-cirinya

Ø pengajian pertanyaan atau masalah

Ø berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Ø penyelidikan autebtik

Ø menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya

2. Tujuan pembelajaran dan hasil belajar.

Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri.

3. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen.

Lingkungan belajar dan sistem manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma disekitar pelajaran adalah nama inkulri ternika dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa, bukan guru yang ditekankan.

B. Pengajaran Kooperatif

1. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

Ø Saling ketergantungan positif

Ø Interaksi tatap muka

Ø Akuntabilitas individual

Ø Keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan

2. Perbedaannya dalam pembelajaran tradisional

Ø Kelompok belajar kooperatif

§ Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalamam memimpin para anggota kelompok

§ Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal

§ Kelompok belajar heterogen, baik dari kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan lain sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Ø Kelompok belajar tradisional

§ Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

§ Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

§ Kelompok belajar biasanya homogen

3. Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran kooperatif

a. Metode STAD (Student Teams Achrevement Divisions)

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin Dkk dari Universitas John Hopkins dengan metode ini para giri mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

b. Metode Jiq Saw

Metode ini dikembangkan oleh Eilio Aronson dkk, dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk dengan metode ini kelas dibagi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, ditiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

c. Metode GI (Group Investigation)

Dikembangkan oleh Herbert Thelen, diperluas dan diperbaiki oleh shavan dkk dari Universitas Tel. AVIV. Metode ini sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif GI melibatkan siswa sejak perencanan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investidasi

d. Metode struktural

Dikembangkan oleh Spencer Kagen dkk, metode ini menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Untuk meningkatkan penguasaan isi akademik ada struktur yang memiliki tujuan umum dan ada pola struktur yang tujuannya mengajarkan keterampilan sosial. Think-pair-share dan Numbered Head adalah striktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik, sedangkan struktur Active Listening dan Time Tokens adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial.

Ø Think- Pair- Share

Dikembangkan oleh Frank lyman dkkdari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode ini memberikan pada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling Bantu satu sama lain

Ø Numbered Head Together

Dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dengan melobatkan para siswa dalam mereviw bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

C. Pengajaran berbasis Inkulri

Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkulri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorongnya siapa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Siklus Inkulri adalah (1) observasi; (2) bertanya (Question); (3) mengajukan dugaan (hipotesis); (4) pengumpulan data (data gathering); dan (5) penyimpulan (conclusion). Inkulri atau suatu proses yang bergerak dari langkah observasi sampai langkah pemahaman.

MEMAHAMI KERANGKA DASAR KURIKULUM 2004

A. Mengapa kurikulum berbasis kompetensi menjadi pilihan

Pokok pikiran yang melandasi KBK adalah:

1. Menyadari bahwa peningkatan mutu pendidikan selama ini belum mencapai pada taraf yang memadagi (critical mass) yang mampu meningkatkan taraf kegidupan masyarakat pada umumnya

2. Referensi mengenai mutu pendidikan perlu didudukkan secara utuh yang mencakup dimensi manusia Indonesia seutuhnya

3. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif.

B. Kerangka dasar kurikulum 2004

1. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2004

- Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya

- Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika

- Penguatan integritas Nasional

- Perkembangan pengetahuan dan tegnologi informasi

- Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat

2. Prinsip-prinsip pelaksanaan

- Kesamaan memperoleh kesempatan

- Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

- Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan

- Standar kompetensi disusun pusat dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah dimadrasah.

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM KBK

A. Apakah KBK itu?

KBK adalah perangkat rencana dan pengaturan tentang

Ø Kompetensi dan hasil belajar siswa yang ingin dicapai

Ø Strategi belajar – mengajar yang digunakan

Ø Sistem penilaian yang diacu

Ø Pemberdayaaan sumber daya pendidikan

B. Bagaimana karakteristik utamanya

Ø Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi

Ø Kurikulum dapat diperluas, diperdalam dan disesuaikan – potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi)

Ø Berpusat pada siswa

Ø Orientasi pada proses dan hasil

Ø Pendekatan pada metode yang digunakan beragam, bersifat kontekstual

Ø Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetaguan

Ø Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar

Ø Belajar sepanjang hayat

ü Belajar mengetahui (learning how to know)

ü Belajar melakukan (learning how to do)

ü Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be)

ü Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to leave together)

C. Bagaimana sistem penilaiannya

q Berorientasi kompetensi hasil belajar dan indikatornya

q Penilaian berbasis kelas menilai apa yang seharusnya dinilai, bukan apa yang diketahui siswa

q Menekankan proses dan hasil belajar

q Berkelanjutan dan komprehensif

q Alat penilaian

§ Tes kinerja : disiplin, kerjasama, kepemimpinan, dan inisiatif dikelas

§ Hasil karya : laporan, gambar, bangun, tulisan, benda, karya seni.

§ Tes tertulis : hasil ulangan

§ Proyek : bekerja dalam tip

§ Portofolio : kumpulan belajar siswa dalam, satu semester/pertahun

D. Hierarky tujuan pendidikan Nasional apa yang dicapai

Tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi:

1. kompetensi nilai kurikulum

2. kompetensi tamatan

3. kompetensi rumpun mata pelajaran

4. kompetensi dasar mata pelajaran

ü kompetensi kompetensi dasar

ü hasil belajar

ü indicator hasil belajar

E. Bagaimana kedudukan pendekatan kontekstual dalam KBK?

Kontekstual merupakan sebuah pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran yang berpijak pada keinginan untuk menghidupkan kelas, kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa dengan segala aktifitas belajarnya untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Sementara secara umum berisi daftar kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk semua jenjang pendidikan

Dlam hubungan semacam itu, pendekatan kontekstual berperan sebagai strategi untuk mencapai, sedangkan KBK sebagai acuan kompetensi minimal. Jadi, kontekstial adalah sebuah strategi pembelajaran. KBK merupakan pedonam yang berisi gambaran tujuan pendidikan Nasional, pengaturan jejnang sekolah, dan skripsi bidang studi, daftar kompetensi perbidang studi yang ingin dicapai, sistem penilaian, dan pengelolaa sekolah.

F. Lalu, kapan pendekatan kontekstual telah diterapkan dalam KBK?

q Ketika guru mengajarkan apa yang harus diajarkan! Bukan hanya sekedar pengetahuan tentang “X”.

q Ketika guru ingin mencapai kompetensi dasar yang ditargetkannya, bukan “menyelesaikan materi”.

q Ketika pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari

q Ketika siswa mencari, menemukan, dan menkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilanya.

q Ketika kelas “hidup” (siswa bekerja dan berlatih), bukan guru acting dipanggung murid menonton.

q Ketika setiap pelajaran akan dimulai, siswa berteriak “Hore, pelajaran IPA!” “Hore, pelajaran matematika!” “ asyik, pelajaran Al- Qur’an!” “Asyik, pelajaran bahasa inggris”

q Ketika guru menilai apa ysng seharusnya dinilai, bukan melulu menilai pengetahian siswa.

q Ketika guru mengumpulkan nilai dari proses, produk, kinerja dan tes.

MERANCANG PELATIHAN (TOT)

Pembelajaran kontekstual

A. Hakikat Pelatihan Kontekstual

DEPDIKNAS saat ini sedang mensosialisasikan kurikulum KBK dan mengembangkan pembelajaran berbasis konteks. Kedua pendekatan itu jelas memiliki benang merah sengan semangat otonomi saat ini. Harapan utamanya adalah agar hasil pendidikan lebih berma’na bagi kehidupan siswa. Saat ini, KBK dan perangkat pendukungnya menjadi harapan para ahli dalam upaya ‘memberdayakan’ siswa secara maksimal. Kelas yang “diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi diluar sekolah yang demikian cepat. Kurikulum tersebut menyempurnakan dari kurikulum 1994. dengan pernyataan sederhana, perubahan kurikulum 1994 menjadi KBK, dalam rangka menrubah pandangan dari ‘anak tahu apa’ kepandangan “anak bisa apa”.

Uuntuk mencapai itu, perlu dikembangkan setrategi belajar yang relevan. Ada banyak pilihan konsep pembelajaran yang efektif. Dan, semuanya dari salah satunya adalah pendekatan kontekstual, yang sekarang sedang dikembangkan.

Sebagai pendekatan baru, pendekatan kontekstual perlu dikenal para guru. Untuk itu TOT, pelatihan, lokakarya, seminar, perlu dilakukan diberbagai daerah sesuai dengan karakteristik pembelajarannya yang mengutamakan aktifitas siswa, pelatihan kontekstual dirancang penuh dengan aktifitas, bekerja, demonstrasi, pemodelan, bernyanyi, dan menghasilkan karya.

B. Prinsip Pelatihan Pembelajaran Kontekstual

Pada hakikatnya, pelatihan kontekstual adalah memperkenalkan strategi pembelajaran yang dikenal senagi pendekatan kontekstial. Itu artinya tutor memperkenalkan bagaimana kelas pembelajaran kontelstial itu dirancang, permodelan pembelajran menjadi strategi kunci. Dalam pemodelan itu, para guru mengnal ketujuh komponen pembelajaran kontekstual sertta landasan filosofisnya yaitu contructivism, inquiry, question, learning, community, modeling, reflection, dan authentic assesmant. Sebuah pembelajaran dikatakan berbasis kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen itu.

Prinsip yang mendasari pelatihan pembelajaran kontekstual, antara lain:

1. Inti dari pembelajaran kontekstual adalah incuiry (menemukan). Jadi, pembelajaran harus selalu dikemas dalam format “siswa menemukan sendiri”. Demikian pula pelatihannya, pelatihan pembelajaran kontekstial harus didesain agar para peserta bekerja dan menemukan sendiri.

2. Ciri dari pelatihan kontekstual adalah bekerja sesuai dengan ciri pendekatan kontekstial, peserta harus diajak meemukan sendiri bagaimana pembelajaran kontekstual dilaksanakan dikelas. Untuk itu, metode pelatihanya menekankan ada contoh aplikasinya atau pemodelan (modeling).



IndoBanner Exchanges